Wednesday, September 12, 2012

Karena Ukuran Kita Tak Sama

Oleh Salim A. Fillah       
"seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya
    memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
    memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
    kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi"

Seorang lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. Siang itu, mentari seakan didekatkan hingga sejengkal. Pasir membara, ranting-ranting menyala dalam tiupan angin yang keras dan panas. Dan lelaki itu masih berlari-lari. Lelaki itu menutupi wajah dari pasir yang beterbangan dengan surbannya, mengejar dan menggiring seekor anak unta.

Di padang gembalaan tak jauh darinya, berdiri sebuah dangau pribadi berjendela. Sang pemilik, ’Utsman ibn ‘Affan, sedang beristirahat sambil melantun Al Quran, dengan menyanding air sejuk dan buah-buahan. Ketika melihat lelaki nan berlari-lari itu dan mengenalnya,

“Masya Allah” ’Utsman berseru, ”Bukankah itu Amirul Mukminin?!”

Ya, lelaki tinggi besar itu adalah ‘Umar ibn Al Khaththab.

”Ya Amirul Mukminin!” teriak ‘Utsman sekuat tenaga dari pintu dangaunya,

“Apa yang kau lakukan tengah angin ganas ini? Masuklah kemari!”

Dinding dangau di samping Utsman berderak keras diterpa angin yang deras.

kisah inspirasi
”Seekor unta zakat terpisah dari kawanannya. Aku takut Allah akan menanyakannya padaku. Aku akan menangkapnya. Masuklah hai ‘Utsman!” ’Umar berteriak dari kejauhan. Suaranya bersiponggang menggema memenuhi lembah dan bukit di sekalian padang.

“Masuklah kemari!” seru ‘Utsman,“Akan kusuruh pembantuku menangkapnya untukmu!”.

”Tidak!”, balas ‘Umar, “Masuklah ‘Utsman! Masuklah!”

“Demi Allah, hai Amirul Mukminin, kemarilah, Insya Allah unta itu akan kita dapatkan kembali.“

“Tidak, ini tanggung jawabku. Masuklah engkau hai ‘Utsman, anginnya makin keras, badai pasirnya mengganas!”

Angin makin kencang membawa butiran pasir membara. ‘Utsman pun masuk dan menutup pintu dangaunya. Dia bersandar dibaliknya & bergumam,

”Demi Allah, benarlah Dia & RasulNya. Engkau memang bagai Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya.”

‘Umar memang bukan ‘Utsman. Pun juga sebaliknya. Mereka berbeda, dan masing-masing menjadi unik dengan watak khas yang dimiliki.

‘Umar, jagoan yang biasa bergulat di Ukazh, tumbuh di tengah bani Makhzum nan keras & bani Adi nan jantan, kini memimpin kaum mukminin. Sifat-sifat itu –keras, jantan, tegas, tanggungjawab & ringan tangan turun gelanggang – dibawa ‘Umar, menjadi ciri khas kepemimpinannya.

‘Utsman, lelaki pemalu, anak tersayang kabilahnya, datang dari keluarga bani ‘Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman sentausa. ’Umar tahu itu. Maka tak dimintanya ‘Utsman ikut turun ke sengatan mentari bersamanya mengejar unta zakat yang melarikan diri. Tidak. Itu bukan kebiasaan ‘Utsman. Rasa malulah yang menjadi akhlaq cantiknya. Kehalusan budi perhiasannya. Kedermawanan yang jadi jiwanya. Andai ‘Utsman jadi menyuruh sahayanya mengejar unta zakat itu; sang budak pasti dibebaskan karena Allah & dibekalinya bertimbun dinar.

Itulah ‘Umar. Dan inilah ‘Utsman. Mereka berbeda.

Bagaimanapun, Anas ibn Malik bersaksi bahwa ‘Utsman berusaha keras meneladani sebagian perilaku mulia ‘Umar sejauh jangkauan dirinya. Hidup sederhana ketika menjabat sebagai Khalifah misalnya.

“Suatu hari aku melihat ‘Utsman berkhutbah di mimbar Nabi ShallaLlaahu ‘Alaihi wa Sallam di Masjid Nabawi,” kata Anas . “Aku menghitung tambalan di surban dan jubah ‘Utsman”, lanjut Anas, “Dan kutemukan tak kurang dari tiga puluh dua jahitan.”

Dalam Dekapan ukhuwah, kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah; jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi.

Dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat tulus pada saudara yang sedang diberi amanah memimpin umat. Tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia terus-menerus kepada ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat pada saudara yang tengah diamanahi kekayaan. Tetapi jangan membebaninya dengan cara menyebut-nyebut selalu kisah berinfaqnya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat saudara yang dianugerahi ilmu. Tapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar menjadi Zaid ibn Tsabit yang menguasai bahawa Ibrani dalam empat belas hari.

Sungguh tidak bijak menuntut seseorang untuk menjadi orang lain di zaman yang sama, apalagi menggugatnya agar tepat seperti tokoh lain pada masa yang berbeda. ‘Ali ibn Abi Thalib yang pernah diperlakukan begitu, punya jawaban yang telak dan lucu.

“Dulu di zaman khalifah Abu Bakar dan ‘Umar” kata lelaki kepada ‘Ali, “Keadaannya begitu tentram, damai dan penuh berkah. Mengapa di masa kekhalifahanmu, hai Amirul Mukminin, keadaanya begini kacau dan rusak?”

“Sebab,” kata ‘Ali sambil tersenyum, “Pada zaman Abu Bakar dan ‘Umar, rakyatnya seperti aku.
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!”

Dalam dekapan ukhuwah, segala kecemerlangan generasi Salaf memang ada untuk kita teladani. Tetapi caranya bukan menuntut orang lain berperilaku seperti halnya Abu Bakar, ‘Umar, “Utsman atau ‘Ali.

Sebagaimana Nabi tidak meminta Sa’d ibn Abi Waqqash melakukan peran Abu Bakar, fahamilah dalam-dalam tiap pribadi. Selebihnya jadikanlah diri kita sebagai orang paling berhak meneladani mereka. Tuntutlah diri untuk berperilaku sebagaimana para salafush shalih dan sesudah itu tak perlu sakit hati jika kawan-kawan lain tak mengikuti.

Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi teladan, akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. Maka jadilah kita teladan yang sunyi dalam dekapan ukhuwah.

Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan masing-masing kaki mempunyai sepatunya. Teladan yang tak bersyarat dan sunyi akan membawa damai. Dalam damai pula keteladannya akan menjadi ikutan sepanjang masa.

Selanjutnya, kita harus belajar untuk menerima bahwa sudut pandang orang lain adalah juga sudut pandang yang absah. Sebagai sesama mukmin, perbedaan dalam hal-hal bukan asasi
tak lagi terpisah sebagai “haq” dan “bathil”. Istilah yang tepat adalah “shawab” dan “khatha”.

Tempaan pengalaman yang tak serupa akan membuatnya lebih berlainan lagi antara satu dengan yang lain.

Seyakin-yakinnya kita dengan apa yang kita pahami, itu tidak seharusnya membuat kita terbutakan dari kebenaran yang lebih bercahaya.

Imam Asy Syafi’i pernah menyatakan hal ini dengan indah. “Pendapatku ini benar,” ujar beliau,”Tetapi mungkin mengandung kesalahan. Adapun pendapat orang lain itu salah, namun bisa jadi mengandung kebenaran.”

sepenuh cinta,
Salim A. Fillah

Saturday, September 8, 2012

Takut Itu Wajar

Perang Mu’tah, adalah perang yang secara rasio tak akan membuat manusia optimis apalagi yakin dengan kemenangan yang dijanjikan. Bayangkan saya, jumlah pasukan Romawi yang berkumpul pada hari itu lebih dari 200.000 tentara, lengkap dengan baju perang yang gagah, panji-panji dari kain sutra, senjata-senjata yang perkasa, lalu dengan kuda-kuda yang juga siap dipacu.

Abu Hurairah bersaksi atas perang ini. ”Aku menyaksikan Perang Mu’tah. Ketika kami berdekatan dengan orang-orang musyrik. Kami melihat pemandangan yang tiada bandingnya. Jumlah pasukan dan senjatanya, kuda dan kain sutra, juga emas. Sehingga mataku terasa silau,” ujar Abu Hurairah.

kisah-kisah inspirasi terbaik
Sebelum melihatnya, pasukan para sahabat yang hanya berjumlah 3.000 orang-orang beriman, sudah mendengar kabar tentang besarnya pasukan lawan. Sampai-sampai mereka mengajukan berbagai pendapat, untuk memikirkan jalan keluar. Ada yang berpendapat agar pasukan Islam mengirimkan surat kepada Rasulullah saw, mengabarkan jumlah musuh yang dihadapi dan berharap kiriman bala bantuan lagi. Banyak sekali usulan yang mengemuka, sampai kemudian Abdullah ibnu Rawahah yang diangkap sebagai panglima pertama berkata di depan pasukan.

”Demi Allah, apa yang kalian takutkan? Sesungguhnya apa yang kalian takutkan adalah alasan kalian keluar dari pintu rumah, yakni gugur sebagai syahid di jalan Allah. Kita memerangi mereka bukan karena jumlahnya, bukan karena kekuatannya. Majulah ke medan perang, karena hanya ada dua kemungkinan yang sama baiknya, menang atau syahid!”

Pidato perang yang singkat, tapi sangat menggetarkan. Seperti yang kita tahu dalam sejarah, sebelum berangkat Rasulullah berpesan pada pasukan. Jika Zaid bin Haritsah terkena musibah, maka panglima akan diserahkan kepada Ja’far bin Abi Thalib. Dan jika Ja’far bin Abi Thalib juga terkena musibah, maka Abdullah ibnu Rawahah yang menggantikannya.

Mahasuci Allah dengan segala tanda-tanda-Nya. Perkataan Rasulullah benar terbukti, sebagai salah satu tanda-tanda kebesaran Allah. Zaid bin Haritsah syahid dalam peperangan ini. Kemudian panji-panji Rasulullah dipegang oleh Ja’far bin Abi Thalib. Panglima pasukan kaum Muslimin ini menunggangi kuda yang berambut pirang, bertempur dengan gagah. Di tengah-tengah peperangan ia bersenandung riang:

Duhai dekatnya surga

Harum dan dingin minumannya

Orang Romawi telah dekat dengan azabnya

Mereka kafir dan jauh nasabnya

Jika bertemu, aku harus membunuhnya

Dalam situasi perang, sungguh tak banyak pilihan. Menjadi yang terbunuh atau menjadi yang bertahan. Maka tentu saja senandung Ja’far ra berbunyi demikian. Tangan kanan Ja’far terputus karena tebasan pedang ketika mempertahankan panji pasukan. Kini tangan kirinya yang memegang. Tangan kirinya pun terbabat pula oleh tebasan. Sehingga panji-panji Islam dipegangnya dengan lengan atasnya yang tersisa hingga Ja’far ditakdirkan menemui syahidnya.

Ibnu Umar ra bersaksi, ”Aku sempat mengamati tubuh Ja’far yang terbujur pada hari itu. Aku menghitung ada 50 luka tikaman dan sabetan pedang yang semuanya ada dibagian depan dan tak satupun luka berada di bagian belakang.” Semoga Allah membalasnya dengan sayap yang kelak akan membuatnya terbang kemanapun dia suka.

Kini tiba giliran Abdullah ibnu Rawahah tampil ke depan untuk mengambil tanggung jawab, memimpin pasukan dan mengangkat panji-panji Islam. Ada kegundahan dalam hati dan pikirannya, karenanya Ibnu Rawahah memompa sendiri keberanian di dalam hatinya:

Aku bersumpah wahai jiwaku, turunlah!

Kamu harus turun atau kamu akan dipaksa

Bila manusia bersemangat dan bersuara

Mengapa aku melihatmu enggan terhadap surga

Dalam kalimat-kalimat syairnya di tengah laga, tergambar bahwa ada kegalauan dalam jiwa Abdullah ibnu Rawahah. Tentu saja hanya Allah yang Mengetahui. Apalagi dua sahabatnya, telah pergi mendahului. Melihat dua jasad mulia sahabatnya, Abdullah ibnu Rawahah kembali berkata:

Wahai jiwaku

Jika tidak terbunuh kamu juga pasti mati

Ini adalah takdir kan telah kau hadapi

Jika kamu bernasib seperti mereka berdua

Berarti kamu mendapat hidayah

Lalu kemudian, Abdullah ibnu Rawahah juga bertemu dengan syahidnya. Ini memang kisah tentang perang. Tapi sesungguhnya hikmah dan teladan yang ada di dalamnya, bermanfaat dalam semua peristiwa kehidupan. Dalam perang, tak ada sikap yang bisa disembunyikan. Pemberani, ketakutan, risau dan kegalauan, cerdik dan penuh akal, atau orang-orang yang selalu menghindar. Semua terlihat nyata. Tak ada yang bisa disembunyikan!

Takut, risau dan galau, sungguh adalah perasaan wajar yang muncul karena fitrah. Dalam sebuah periode kehidupan, kita seringkali merasakannya. Meski begitu, bukan pula alasan kita menghindar dari sesuatu yang harus kita taklukkan karena rasa takut, risau dan galau yang lebih menang. Kemudian kita mencari-cari alasan dengan menyebutnya dengan dalih strategi dan langkah pintar. Menunduk untuk menanduk, atau yang lainnya.

Gunung-gunung harus didaki, laut dan samudera harus diseberangi, lembah dan ngarai harus dijelajahi. Tantangan hidup harus ditaklukan bukan dihindari. Dan tujuan besar hidup kita sebagai seorang Muslim adalah menegakkan kebenaran dan menyebarkan kebaikan.

Berbuat kebaikan dan mencegah manusia dari kemunkaran, harus dilakukan, betapapun pahitnya balasan yang akan didapatkan. Ketakutan, risau dan galau akan selalu datang. Tapi berkali-kali pula kita harus mampu mengalahkan mereka dan berkata pada diri sendiri. Meniru ulang apa yang dikatakan sahabat Abdullah ibnu Rawahah dengan gagah pada hati dan akalnya, ”Apakah engkau enggan pada nikmat Allah yang Maha Tinggi?!” Wallahu a’lam bi shawab.

Kisah inspirasi ini ditulis oleh ustadz Herry Nurdi dalam situs beliau yang luar biasa di http://www.penerang.com
kisah dan foto diambil dari situs http://penerang.com/2010/10/12/takut-itu-wajar/

Ketika Joker bisa Ngomong Bener

Jika Anda mengenal tokoh Batman, harusnya Anda pun tahu tentang Joker, salah seorang musuh bebuyutan utamanya. Namun siapa sangka, meskipun tindakannya jahat dan tidak patut ditiru, namun tokoh psikopat ini adakalanya bisa ngomong bener pula.
Jika Anda pernah nonton film Batman the Dark Knight, ada beberapa kalimat inspirasi dari si psikopat Joker yang bisa kita ambil pelajaran darinya. Berikut diantaranya yang kami ambil dari artikel asliberjudul asli "Menyerap Hikmah dari Kata-kata Joker"

kisah-kisah inspirasi terbaik
Joker says : "I believe whatever doesnt kill you, simply makes you stranger."
Filosofi : Tantangan adalah peluang menjadikan diri lebih baik.
Contoh : Pelajari hal-hal baru yang menunjang keahlian utama. desainer grafis? Mulailah menulis jurnal! Ini bukan berarti mengalihkan fokus dari keahlian utama, tapi di tengah dunia kompetitif (di mana tiap tahun muncul ribuan fresh grads), harus siap dengan memperkaya diri. Berat memang. Tapi setelah menguasainya, akan menjadi lebih kuat!!


Joker says : "If youre good at something, never do it for free."
Filosofi : Hargai diri sesuai keahlian dan pengalaman.
Contoh : Seorang karikaturis, dalam 5 menit selesai menggambar dengan sempurna wajah seorang turis, lalu meminta Rp 500 ribu. Turis itu kaget, Cuma lima menit, kok semahal itu? Jawab si karikaturis, Saat ini saya sanggup menyelesaikan sebuah karikatur dalam waktu singkat, lima menit saja. Tapi untuk bisa melakukan itu, saya butuh berlatih selama lima tahun.


Joker says : "In their last moments, people show you who they really are."
Filosofi : Di saat kepepet, manusia menunjukkan kekuatan sesungguhnyabiasanya melebihi apa yang selama ini dia yakini.
Contoh : Tetapkan deadline bayangan. Bila harus menyelesaikan satu situs dalam 3 minggu, upayakan selesai dalam 2 minggu. Mungkin berat dan menekan, tapi toh tersisa satu minggu untuk rileks. Klien senang, pun tenang.Ya kan?? 

Joker says : "Nobody panics when things go according to plan. Even if the plan is horrifying! Introduce a little anarchy. Upset the established order, and everything becomes chaos."
Filosofi : Rutinitas bikin bosan, yang aneh-aneh malah menarik.
Contoh : Dare to be different. Smashing magazine sering menunjukkan betapa karya-karya desain grafis yang mendobrak aturan bisa begitu menakjubkan. Dalam penulisan pun, topik dan angle yang nyeleneh selalu sanggup menarik perhatian pembaca. Cobain deh!! 

Joker says : "I just do things."
Filosofi : *mengutip tagline sebuah merk sepatu terkenal* Just do it!
Contoh : Ingin bertualang ke Jerman? Pergi! Ingin menciptakan program yang bebas bugs? Ciptakan! Ingin keluar dari kantor dan beralih ke wirausaha? Oke. Nyalakan komputer, mulailah menulis surat pengunduran diri. Daripada melamun melulu, JUST DO IT FOR GODS SAKE

Joker says : "Why so serious???" - the ultimate Joker philosophy -
Filosofi : Hidup sudah susah, nggak perlu dibikin tambah susah..
Contoh : Bila kelewat banyak proyek untuk ditangani, outsource saja. Saat semangat mengendur, bawa laptop ke kafe yang cozy. Apa?? Didepak pacar? Cari baru dong! Kecuali (sepertinya sih) terbelit utang, tiap masalah ada solusinya. Sekali lagi, why so serious? 

Joker says : "You complete me!!"
Filosofi : Hidup emang butuh pendamping, buat melengkapi hidup...
Contoh : coba deh, kalo kita kehilangan orang yang kita sayangi?atau ditinggal untuk sekian lama, pasti ada sesuatu yang hilang kan??

Judul asli : Menyerap Hikmah dari Kata-kata Joker
sumber : http://mynamesagia.blogspot.com/2011/01/menyerap-hikmah-dari-kata-kata-joker.html
gambar dari http://robsmovievault.wordpress.com/2008/07/19/the-dark-knight/

Atlit-atlit Dengan Organ Palsu yang Meng-Inspirasi

Orang-orang ini tak dianugerahkan dengan fisik yang sempurna seperti kita. Namun semua hal tersebut tak membuat mereka menyerah dari keadaan. Disela keterbatasannya, mereka justru menunjukkan prestasi luar biasanya. Seperti dalam kisah inspirasi berikut tentang "Atlit-atlit Dengan Anggota Tubuh Prostetik yang Menginspirasi berikut"..

Penggunaan anggota tubuh palsu dalam kedokteran telah membantu banyak pasien selama ribuan tahun untuk menjalani kehidupan yang lebih nyaman. Anggota tubuh palsu juga sering dianggap sebagai penolong bagi mereka penyandang cacat, karena dengan penggunaan anggota tubuh prostetik, mereka dapat menjalani kehidupan seperti orang normal kebanyakan bahkan dapat bersaing di Dunia. Untuk atlet yang telah kehilangan salah satu anggota tubuhnya, anggota tubuh prostetik ini mungkin sangat penting karena bisa membantu mereka melewati setiap latihan dan pertandingan olahraga. Ada banyak para penyandang cacat yang tak mau menguburkan mimpinya untuk menjadi seorang atlit, bahkan mereka dapat menjadi inspirasi bagi orang normal kebanyakan. Berikut para atlit yang tetap semangat meski mengandalkan anggota tubuh prostetik:

1. Heroic Hugh Herr


kisah kisah inspirasi terbaik
Heroic Hugh Herr adalah seorang atlit pemanjat tebing. Kakinya telah diamputasi akibat kecelakaan saat mendaki yang terjadi ketika Ia remaja. Namun Herr tetap bersemangat dan yakin bahwa ia tetap dapat menaklukan tebing.Telah banyak tebing yang berhasil IA panjat henya dengan menggunakan kaki prostetik. Dalam aksi aksi pendakian terbarunya, salah satu kaki prostetik Herr sempat lepas dari abggota tubuhnya, Namun dengan santai dan sabar, Herr menarik kaki prostetik dan memasangnya kembali di kakinya yang tersisa.

2. Oscar Pistorius

kisah kisah inspirasi terbaik
Oscar tak pernah malu, walau kakinya harus diamputasi. Telah banyak pertandingan pada cabang olah raga lari yang diikutinya, bahkan diantaranya menghasilkan medali emas. Meski tak dapat lolos dalam final olimpiade lari 400 meter, Pelari asal Afrika Selatan ini telah menjadi panutan bagi warga Dunia.

3. Scott Schroeder


kisah kisah inspirasi terbaik
Scott harus kehilangan kakinya setelah insiden pemboman di tepi jalan Afganistan. Hanya sepertiga bagian paha yang tersisa untk ia dapat berjalan. Tapi, Scott memilih untuk tetap menjalani rutinitasnya sebagai penyelam. Untuk menyelam, Scott memakai sirip khusus yang pasangkan dikakinya. Sehingga Ia dapat menjelajahi dunia bawah laut.

4. Bob Radocy


kisah kisah inspirasi terbaik
Dalam bermain basket, tangan tentu saja memegang peranan yang paling penting. Dengan menggunakan tangan palsu prostetik Bob membuktikan, bahwa Ia tetap bisa memasukkan bola kedalam keranjang.

5. Aimee Mullins


kisah kisah inspirasi terbaik
Berani, kuat, dan inspiratif, tiga hal itulah yang sangat melekat pada wanita ini. Aimee adalah seorang atlet Paralympian, aktris, dan model. Tak seperti kebanyakan atlit yang harus kehilangan anggota tubuhnya karena kecelakaan, Aimee telah kehilanggan kakinya sejak ia lahir. Ia difonis menderita Fibula Hemimelia pada salah satu kakinya. Saat berumur dua tahu, Aimee telah sangat lihai menggunakan kaki palsunya. Dan menghabiskan masa kecilnya dengan berenang, bersepeda, sepakbola, dan olah raga lainnya bersama anak-anak normal lainnya.

  • Foto dan Kisah diambil dari  http://uniqpost.com/46587/atlit-atlit-dengan-anggota-tubuh-prostetik-yang-menginspirasi/
  • Foto Aimee Mullins dari http://www4.picturepush.com/photo/a/5360702/480/Aimee-Mullins/0326-aimee-mullins-g3.jpg?v0